Polhukam

Jaksa hadirkan.4 saksi yang memberatkan terdakwa tabrak lari di PN Jakut

Published

on

Jakarta, Hariansentana.com. – Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan empat saksi yang memberatkan terdakwa kasus tabrak lari korbannya meninggal Dunia, Ivon Setia Anggara (65th) dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada Kamis.

Terdakwa menabrak korban berinisial S (82th) di Perumahan Taman Grisenda RW 10, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, kota administrasi Jakarta Utara, Jumat (9/5).

“Kami menghadirkan empat saksi, yakni Ketua RW, dua petugas keamanan komplek dan anak korban yang mengetahui kejadian tabrak lari tersebut,” kata Jaksa Rakhmat saat sidang pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara.

Keempat saksi adalah Ketua RW.010.kelurahan Kapuk Muara. Rusdi, dua petugas keamanan Tarmanto dan Imam Syafei serta anak korban Haposan.

“Sementara saksi yang melihat kecelakaan Do Tjui masih belum dapat hadir dalam sidang kali ini,” kata dia.

Saksi Rusdi mengatakan, dirinya mengetahui kejadian ini setelah dihubungi saksi So Tjui dan dirinya langsung menghubungi petugas keamanan yang berjaga di pos penjagaan.

“Saya hubungi petugas melalui ‘handy talki’ siapa yang melihat mobil yang menabrak korban. Lalu petugas menyahut dan mengatakan mobil itu parkir di sebuah ruko di dalam komplek,” kata dia.

Ia mengaku langsung mendatangi ruko dan berbicara dengan terdakwa agar ke lokasi untuk melihat ada korban kecelakaan.

“Terdakwa ini mengatakan menabrak plang dan tidak menabrak orang. Setelah diskusi alot akhirnya kami ke lokasi kejadian,” kata dia.

Setelah sampai di lokasi, ia meminta dua petugas keamanan untuk mengantar korban ke RS PIK menggunakan mobil terdakwa.

“Saya langsung pulang dan korban yang dalam kondisi luka-luka diantarkan ke rumah sakit,” kata dia.

Sementara saksi Haposan mengaku mendapatkan informasi kecelakaan setelah dihubungi petugas keamanan yang menanyakan foto korban kecelakaan di komplek tempat tinggalnya.

“Saya melihat baju, celana dan sepatu mirip dengan ayah saya. Saya bergegas langsung ke rumah sakit,” kata dia.

Sesampai di rumah sakit, dirinya melihat kepala sang ayah dibalut perban dan masih dalam perawatan medis.

“Saya menanyakan kronologi kejadian kepada terdakwa. Dia bilang encik (ayahnya) tiba-tiba ke tengah ditabrak,” kata dia.

Setelah itu, dirinya kembali ke ruang IGD melihat kondisi ayahnya dan setelah itu ia mendengar keterangan dari petugas bahwa terdakwa ini mengaku hanya menabrak plang bukan orang.

Lalu beberapa jam setelah itu datang seseorang kepadanya yang mengaku keluarga terdakwa. Ia mengatakan biaya akan ditanggung semua dan ini membuat dirinya naik pitam.

“Ayah saya masih terbaring, harusnya ditanya kondisi, apa yang dapat dibantu. Ini langsung ditawarkan uang dan tidak ada permintaan maaf,” kata dia.

Ia mengatakan, peristiwa tabrak lari tersebut terekam jelas melalui kamera pengintai (CCTV) yang ada di lokasi. Kamera tersebut ada di tiga titik dan satu titik memperlihatkan dengan jelas kejadian tersebut.

“Saya sudah melihat rekaman yang diberikan Pak RW dan meminta agar rekaman ini disimpan baik-baik karena merupakan barang bukti,” kata dia.

Korban berinisial S (82th) meninggal dunia setelah beberapa hari menjalani perawatan di ICU RS Pantai Indah Kapuk (PIK) usai ditabrak terdakwa Ivon Setia Anggara (65th) saat olahraga pagi di Perumahan Taman Grisenda, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara pada Jumat (9/5).

Korban yang berusia 82 tahun ini menjalani aktivitas jalan pagi yang rutin dilakukan di komplek perumahan. Lalu, tiba-tiba datang mobil putih dari belakang dan menabrak sang ayah.

Kejadian ini terekam sejumlah kamera pengintai yang ada di kawasan tersebut. Mobil sempat berhenti dan langsung melanjutkan perjalanan. “Dia langsung kabur dan tidak menolong papa saya yang tergeletak bersimbah darah,” kata dia.

Menurut dia, di lokasi juga ada sejumlah saksi yang mengetahui kejadian dan meminta tolong petugas keamanan.

Setelah melihat rekaman, petugas mencari keberadaan mobil pelaku dan mobil tersebut terparkir rapi di sebuah ruko yang dekat dengan kawasan tersebut.

“Waktu ditanya petugas, pelaku ini mengaku hanya menabrak tiang dan dia berbelit-belit memberikan penjelasan,” kata dia.

Ia mengatakan, jika terdakwa mau membantu dan tidak berbelit-belit nyawa ayahnya mungkin masih tertolong. “Ayah saya meninggal setelah mengalami pendarahan setelah tiga hari dirawat,” kata dia.

Ia mengatakan, tidak ada itikad baik dari terdakwa sejak awal kejadian kecelakaan maut itu terjadi kepada keluarganya.

Adapun sidang lanjutan kasus tabrak lari tersebut akan dilanjutkan pada pekan depan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara (Jakut).

Jaksa mendakwa Ivon Setia Anggara dengan Pasal 311 Ayat (5) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal tersebut menjelaskan setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000.(Sutarno).

Click to comment

Trending

Exit mobile version