Connect with us

Ekonomi

Pentingnya Super Tim di Masa Transisi Menuju New Normal

Published

on

Jakarta, HarianSentana.com – Pemerintah mulai meminta warga negaranya untuk siap memasuki New Normal. Ini merupakan sebuah tatanan hidup baru yang akan dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan lebih jauh lagi, New Normal ke depan tidak semata terkait penerapan standar kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak dan lainnya, tetapi juga sampai pada hal-hal prinsip dalam kegiatan operasional perusahaan.

Direktur Utama PT J Resources Asia Pasifik,Tbk (PSAB) Edi Permadi mengatakan, perusahaan termasuk perusahaan tambang sudah harus mempersiapkan diri menuju ke New Normal tersebut. Ada beberapa hal yang selama ini belum menjadi kewajiban sudah harus dijadikan sebagai keharusan. Mengenakan masker yang sebelumnya hanya di lokasi-lokasi tertentu, kini sudah harus dikenakan setiap pekerja di setiap hari.

Perubahan-perubahan tersebut tentu butuh waktu untuk menjadi kebiasaan. Setiap pekerja juga punya kemampuan berbeda dalam proses adaptasi tersebut. Sehingga butuh cara untuk membantu dalam proses adaptasi.

Menurut Edi, salah satu elemen penting yang menentukan keberhasilan adaptasi atas sebuah perubahan adalah adanya tim yang kuat. “Untuk berhasil dalam sebuah perubahan, butuh kehadiran tim yang kuat. Kuatnya sebuah tim sangat dipengaruhi oleh kerjasama dan bukan kerja bersama-sama,” kata Edi dalam keterangan tertulisnya yang diterima HarianSentana.com di Jakarta, Rabu (03/6).

Ia menjelaskan, bahwa kerjasama jauh di atas derajatnya dari bekerja bersama-sama. Kerjasama mengandaikan ada Visi, Misi dan Tujuan bersama yang ditentukan secara proses yang dinamis dan demokratis dengan dipimpin oleh seorang pemimpin yang akuntabel.

“Sementara bekerja bersama-sama menurut Edi, hampir dipastikan tidak ada Visi dan Misi yang sama. Yang ada tetapi jarang adalah tujuan yang sama. Team hanya ditugaskan untuk menyelesaikan sebuah Tugas atau Task yang diberikan Pemimpin,” tukasnya.

Oleh karenanya, kata dia, Perusahaan termasuk perusahaan tambang perlu membentuk tim yang kuat. Untuk hal ini behavior competency menjadi penting. “Namun untuk sampai ke sana perlu terus diasah atau dalam bahasa Steven Covey disebut sharpen the saw atau mengasah gergaji,” ucapnya.

Edi menyebutkan bahwa di tengah upaya menuju New Normal, kemampuan yang dibutuhkan adalah Adaptability to Deal with Ambiguity dan Team Work. Adaptasi terhadap ketidakpastian yang disebabkan oleh Pandemi Covid -19. “Bukan mustahil secara Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya hampir semua negara di dunia mencari titik kesetimbangan baru. Protokol kesehatan yang tadinya dipahami sebagian kecil masyarakat kini harus dipahami dan diimplementasikan untuk seluruh civilization. Bakal menjadi tatanan civilization baru dunia,” jelasnya.

Dalam hal ini tentu kompetensi atau kemampuan untuk beradaptasi terhadap ketidakpastian tersebut sangat menentukan keberhasilan. Kompetensi spesifik tersebut adalah kemampuan bekerja sama secara efektif dalam situasi ketidakpastian dan merespon secara fleksibel atas perubahan. Ini termasuk mengevaluasi sebuah situasi untuk menentukan apakah dan kapan sebuah tindakan sudah tepat. Atau apakah informasi yang lebih banyak diperlukan agar bisa menangani situasi tersebut secara lebih efektif.

“Kita bahkan merasakan misal terkait dengan pemakaian masker, di awal tahun kita dihimbau untuk pemakaian masker bagi yang sakit namun dalam hitungan bulan menjadi semua orang wajib menggunakan masker di luar rumah. Kemampuan adaptasi ini sangat beragam dan perlu diasah terus agar kita dapat menjadi pemenang dalam global challenge kekinian di masing-masing sektor,” paparnya.

Enam Tingkatan Kemampuan Adaptasi
Edi kemudian menyebut beberapa tingkatan kemampuan atau competency. Tingkatan pertama; melaksanakan tugas-tugas dalam ketidakpastian namun masih butuh tuntunan atau dukungan. Orang masih memerlukan pedoman/tuntunan untuk merespon suatu ketidakpastian. Bahkan membutuhkan bantuan apabila banyak hal tidak jelas atau tidak dapat melihat dampak positif dalam melakukannya secara berbeda.

Tingkatan kedua; melaksanakan tugas-tugas dalam ketidakpastian dengan mendapatkan sedikit tuntunan atau dukungan. Beradaptasi secara cukup baik terhadap kondisi-kondisi, arah/petunjuk-petunjuk dan strategi yang berubah-ubah. Mampu mengusulkan atau menyarankan tindakan-tindakan tanpa memiliki seluruh informasi yang ada.

Pada tingkatan ketiga seseorang sudah secara efektif menangani tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan dalam ketidakpastian dan dinamis. Memperlihatkan kemampuan untuk mengubah arah sebagai respon terhadap situasi-situasi kerja yang berubah-ubah. Mampu membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan ketika tidak terdapat informasi yang cukup untuk memprediksi konsekuensi-konsekuensi secara pasti.

Tingkatan keempat; seseorang membantu anggota team lain mengambil tindakan yang efektif berbekal informasi yang terbatas. Siap, rela dan mampu membantu orang atau anggota team lain merespon kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi yang tidak diharapkan. Memberikan fokus atau pusat perhatian sebanyak mungkin untuk diri sendiri dan anggota team lain dalam situasi-situasi yang dinamis.

Pada tingkatan kelima, tim bekerja dengan efektivitas maksimum dalam situasi-situasi yang dicirikan oleh perubahan terus-menerus. Memperlihatkan kemampuan luar biasa untuk mengubah arah dalam merespon situasi yang tiba-tiba berubah dan tidak dapat diprediksi. Secara efektif dan konsisten mengelolah atau menangani prioritas yang saling bersaing dalam kondisi uncertainty.

Di tingkatan keenam, tim berhasil atau bertumbuh pesat dalam kondisi-kondisi yang dicirikan oleh ambiguitas/ketidakpastian. Mengenal peluang-peluang yang interen atau hakiki dalam situasi-situasi yang tidak pasti. Menyemangati serta memotivasi orang atau anggota team yang lain untuk bekerja secara efektif dalam lingkungan-lingkungan yang tidak pasti.

Menyeimbangkan kebutuhan teamnya atau kebutuhan Negara/institusi/perusahan demi stabilitas dan perubahaan yang tidak menentu karena kondisi Global. Dan dapat membuat strategi yang pasti dengan taktik yang dinamis, namun semua anggota team dapat melihat milestone dengan jelas.

“Dengan mengasah kemampuan ini di seluruh anggota team kerja, diharapkan akan tercipta kolaborasi yang sinergis untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyelesaikan tugas sesuai yang disepakati oleh seluruh elemen team dengan pemberi Tugas,”terang Edi yang juga adalah Tenaga Profesional Lemhannas RI.

Edi pun mendorong setiap orang untuk terus mengasah kompetensi untuk dapat beradaptasi sampai ke tingkatan keenam. Sehingga setiap pekerja dapat menjadi effective person. Masing-masing anggota yang memberi kontribusi aktif di team masing-masing untuk berkerja sama dengan tujuan, misi dan visi yang jelas dan terukur.

“Upping the ante dalam lompat galah dengan menaikkan bar-nya ke level lebih tinggi adalah solusi untuk kita bisa bekerja sama meningkatkan kemampuan kita dan team sehingga capaian kita dapat seacara konsisten,” tandasnya.

“Penyelesaian Tugas secara berkesinambungan dan konsisten akan melahirkan Super tim di tengah ketidakpastian akibat Pandemik Covid 19,” tambahnya.(sl)

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ekonomi

Pengamat Maritim: Pemagaran Laut di Tangerang Langgar Hukum dan Hancurkan Ekosistem

Published

on

By

Jakarta, Hariansentana.com – Pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai,
pemagaran laut sepanjang 30,16 kilometer di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, tidak hanya berpotensi melanggar hukum, tetapi juga mengungkap kompleksitas konflik kepentingan antara publik dan privat dalam pengelolaan wilayah pesisir.

“Laut adalah sumber daya publik yang seharusnya dikelola untuk mendukung kesejahteraan seluruh masyarakat. Pemagaran ini mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap prinsip ini,” tegas Capt. Hakeng dalam keteerangan persnya yang diterima di Jakarta, Kamis (09/1/2025).

Menurut Hakeng, secara hukum tindakan pemagaran ini melanggar sejumlah regulasi, termasuk Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 31 Tahun 2021 tentang Tata Ruang Laut.

“Pelanggaran ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, serta minimnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan,” tegasnya.

Lebih jauh menurut Hakeng, dari perspektif ekologi, pemagaran laut juga berdampak merusak. Hal ini karena struktur pagar yang terbuat dari bambu, paranet, dan pemberat pasir mengganggu habitat laut, mengurangi keanekaragaman hayati, dan memengaruhi aliran air laut yang penting bagi ekosistem pantai.

“Laut adalah elemen penting bagi ekologi, menyediakan habitat bagi berbagai spesies dan menjaga keseimbangan lingkungan. Pemagaran seperti ini berisiko mengganggu keberlanjutan ekosistem dan produktivitas perikanan,” cetusnya.

Dampak Sosial Ekonomi bagi Nelayan

Dari sisi sosial, kata dia, pemagaran ini juga menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat pesisir, khususnya nelayan tradisional. Sebanyak 3.888 nelayan dan 502 pembudidaya di kawasan tersebut kini harus menempuh jarak lebih jauh untuk menangkap ikan, yang menyebabkan peningkatan biaya operasional dan penurunan produktivitas.

“Pemagaran ini tidak hanya mengurangi akses nelayan terhadap sumber daya laut tetapi juga mengancam keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir secara keseluruhan,” jelas Capt. Hakeng.

Lebih jauh ia juga mengatakan, bahwa kasus ini mencerminkan ketidakjelasan dalam tata kelola proyek yang memanfaatkan ruang laut. Bahkan investigasi gabungan berbagai instansi hingga kini belum berhasil mengidentifikasi tujuan akhir pemagaran tersebut. Jika hal ini terkait dengan rencana reklamasi, prosesnya harus dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas penuh.

“Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap proses reklamasi mematuhi standar ekologis dan melibatkan partisipasi masyarakat serta ahli terkait untuk meminimalkan dampak lingkungan,” tegasnya.

Menurut Hakeng, kasus ini menggarisbawahi pentingnya penguatan tata kelola ruang laut yang berorientasi pada keberlanjutan, keadilan, dan kesejahteraan. Partisipasi masyarakat lokal harus menjadi bagian integral dari setiap kebijakan pengelolaan ruang laut.
“Laut bukan hanya sumber daya ekonomi tetapi juga identitas dan bagian dari keberlanjutan bangsa. Dengan pendekatan yang melibatkan hukum, ekologi, dan sosial, Indonesia dapat memastikan kekayaan lautnya dinikmati oleh semua lapisan masyarakat secara berkelanjutan,” tutup Capt. Hakeng.(s)

Continue Reading

Ekonomi

PLN EPI Terima Penghargaan Internasional di Ajang IABC Awards 2024

Published

on

By

Jakarta, Hariansentana.com – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meraih penghargaan Awards of Merit pada ajang International Association of Business Communicatiors (IABC) Awards 2024 dalam kategori Best Media Relations Program sub-kategori Impactful Public Relations Awards (IMPRA). Penyerahan penghargaan dilakukan pada acara IABC Indonesia Conference dan Award 2024 yang berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta dengan mengusung tema PR Trends 2025: Purposeful Impact.

Presiden IABC Indonesia, Elvera N. Makki, menyatakan bahwa penghargaan ini diberikan kepada organisasi yang berhasil membangun kepercayaan, dan menjalin hubungan yang berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan.

“Melalui strategi komunikasi yang inklusif, transparan, dan penuh empati, kita dapat memastikan bahwa setiap pesan tidak hanya mampu menyentuh perasaan, tetapi juga mendorong perubahan berarti untuk mewujudkan visi bersama,” ungkap Elvera yang juga menyoroti pentingnya peran teknologi dalam mendukung inovasi komunikasi menuju tahun 2025.

Sebagai Subholding PT PLN (Persero), PLN EPI memiliki peran krusial dalam menjaga ketahanan dan keberlanjutan pasokan energi primer di Indonesia. Sebagai salah satu pilar utama dalam rantai pasok energi nasional, PLN EPI berkomitmen untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan, yang menjadi dasar untuk mendukung penyediaan listrik yang handal dan merata untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Mamit Setiawan, Sekretaris Perusahaan PLN EPI, menegaskan bahwa penghargaan ini merupakan pengakuan atas transformasi yang dilakukan oleh PLN EPI dalam menjaga stabilitas pasokan energi primer, yang sangat penting bagi pembangunan infrastruktur energi Indonesia.

“Penghargaan ini adalah bukti nyata dari kerja keras PLN EPI dalam membangun komunikasi yang efektif dengan berbagai pihak untuk memastikan informasi terkait upaya kami dalam menjaga rantai pasok energi primer dan mendukung stabilitas pasokan listrik sampai ke seluruh lapisan masyarakat,” ujar Mamit.

Dalam Ajang ini, PLN EPI menyampaikan, program komunikasi berjudul Sinema (Sinergi Media dan Biomassa). Karya tersebut menunjukkan peran PLN EPI dalam mengampanyekan Biomassa berkontribusi terhadap Ekonomi Kerakyatan dan Biomassa transisi menuju energi masa depan berkelanjutan. Inovasi pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi rakyat terus dilakukan PLN EPI untuk mendukung program cofiring pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.

Pengembangan biomassa ini tidak hanya berfungsi sebagai alternatif energi yang ramah lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dengan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar. Biomassa yang dihasilkan dari limbah pertanian dan kehutanan ini akan mengurangi emisi karbon dioksida dan mendukung Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi yang ditetapkan dalam komitmen internasional.

Dengan penghargaan ini, PLN EPI semakin termotivasi untuk terus berinovasi dan menjaga stabilitas pasokan energi yang handal dan terjangkau, serta mempercepat transisi energi hijau menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

International Association of Business Communicators (IABC) merupakan organisasi non-profit yang mewadahi para praktisi dan profesional komunikasi, seperti Public Relations, Corporate Affairs, Komunikator Bisnis, CSR, serta Government Relations. Penghargaan diberikan kepada organisasi yang berhasil menunjukkan praktik terbaik dalam komunikasi berskala global, sekaligus menjadi platform berbagi pengalaman, memperluas jejaring, dan program edukasi.(s)

Continue Reading

Ekonomi

Pertamina Dorong Penerima Beasiswa Gelar Kegiatan Aksi Sobat Bumi

Published

on

By

Jakarta, Hariansentana.com – Menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap kelestarian lingkungan, Pertamina mendorong penerima beasiswanya untuk melakukan kegiatan Aksi Sobat Bumi (Aksi SoBI) setiap tahunnya. Bertema “Energi Lestari, Desaku Asri”, para penerima Beasiswa Pertamina Sobat Bumi (SoBI) dari 40 mitra perguruan tinggi melakukan Aksi SoBI kedua dengan tiga jenis aksi, yakni penanaman mangrove, penanaman pohon daratan, serta aksi pungut dan olah sampah yang dimulai dari tanggal 14 Desember 2024 hingga 03 Januari 2025.

Direktur Operasi Pertamina Foundation Yulius S. Bulo menyampaikan, aksi kedua ini dilakukan di desa yang menjadi lokasi program Desa Energi Berdikari Sobat Bumi (DEB SoBI).

DEB SoBI merupakan program yang mendukung program unggulan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pertamina, Desa Energi Berdikari (DEB). Dalam program ini, para penerima Beasiswa SoBI bersama dosennya dari mitra perguruan tinggi menghadirkan energi bersih untuk meningkatkan ekonomi dan terwujudnya kemandirian desa.

“Berbeda dengan aksi pertama, aksi kali ini para penerima beasiswa didorong untuk melakukannya di lokasi proyek DEB SoBI. Tujuannya agar masyarakat tidak hanya merasakan manfaat dan memahami penggunaan energi bersih tetapi juga punya rasa tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan desanya agar tetap asri lewat,” ujar Bulo.

Pada aksi ini, tertanam 1.320 bibit mangrove dan 2.440 bibit pohon daratan, seperti pohon cempaka, pohon angsana, trembesi, dan hortikultura. Para penerima beasiswa juga berhasil mengumpulkan 1,2 ton sampah dan membuat berbagai produk daur ulang dari sampah yang terkumpul.

Cerita aksi datang dari penerima Beasiswa Pertamina Sobat Bumi Universitas Diponegoro yang melakukan bersih-bersih sampah di lokasi program DEB SoBI, yakni Desa Wisata Sitaring, desa Kemambang, Semarang.

Bersama masyarakat, para penerima beasiswa mengumpulkan 60 kg sampah yang dilanjutkan dengan pemisahan sampah baik organik, anorganik, dan B3. Dengan memberikan edukasi, sampah organik tersebut diolah menjadi eco enzyme yang dapat digunakan sebagai menjadi sabun cuci piring, pembersih lantai, dan obat luka. Selain itu, para penerima beasiswa juga membagikan 50 kantong kain ramah lingkungan yang dapat menggantikan fungsi plastik, terutama saat berbelanja.

“Melalui kegiatan ini, kami mengajak masyarakat untuk turut berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam melalui prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) yang dapat mengurangi dampak buruk sampah terhadap lingkungan. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan masyarakat agar desa wisata ini keasriannya terjaga dan tetap menjadi destinasi wisata,” ujar Koordinator SoBi UNDIP, Shofiyah Nur Azizah.

Selanjutnya cerita dari Desa Pukdale, Kupang, para penerima Beasiswa Pertamina Sobat Bumi Politeknik Negeri Kupang (PNK), menanam 50 bibit pohon mangga, 50 bibit pohon jambu air, 25 bibit pohon trembesi, dan 25 bibit pohon merbau serta membagikan 100 liter eco enzyme dan mengedukasi para petani desa untuk pembuatannya.

Koordinator SoBI PNK, Cakrawala Padamai, menyampaikan bahwa kegiatan aksi ini tidak hanya membantu penghijauan dan mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat.

“Kami berharap apa yang ditanam, dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat desa. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata bahwa generasi muda, melalui program Beasiswa Pertamina Sobat Bumi, dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” ucap Padamai.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengapresiasi peran para penerima beasiswa yang sejalan dengan komitmen Pertamina untuk proaktif mewujudkan keberlanjutan lingkungan untuk mencapai target penurunan emisi atau Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia 2060.

“Aksi Sobat Bumi menjadi bukti nyata bahwa Pertamina mengajak generasi muda, terutama Gen Z, untuk mengambil langkah bersama menuju masa depan yang berkelanjutan. Lewat aksi ini, selain meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, mereka juga terlatih untuk berinteraksi dengan masyarakat. Dengan begitu, ke depan mereka akan siap untuk berkontribusi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ungkap Fadjar.

Dengan kegiatan Aksi Sobat Bumi, Beasiswa Pertamina Sobat Bumi menjadi program yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan poin ke-4 (pendidikan berkualitas) dan poin ke-13 (penanganan perubahan iklim) serta berkontribusi pada pencapaian NZE tahun 2060 atau lebih cepat.(s)

Continue Reading
Advertisement

Trending